ARSITEKTUR NUSANTARA: SUKU BALI (Kepercayaan, Kebudayaan, Sosial, Mata Pencaharian DLL)
ARSITEKTUR NUSANTARA
SUKU DAN RUMAH ADAT BALI
DISUSUN OLEH:
ARIF FIKRI
NURHAMDIAH
IKMAL FAHMI
DIBIMBING OLEH:
NURUL FAKRIAH, M.ARCH.
PRODI
ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI AR RANIRY
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa
kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena rahmat-Nya lah kita masih diberi
kehidupan yang sejahtera. Shalawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan besar Habibana Wanabiyana Muhammad SAW, karena bimbingannyalah kita
bisa berjalan pada jalan yang diridoi Allah SWT.
Harapan kami semoga makalah ini yang
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, terutama bagi kami pembuat
makalah.
Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Sehingga kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Banda
Aceh, Juni 2019
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................................
1
I.1. LATAR BELAKANG..........................................................................................................................................
1
I.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................................................
1
I.3. TUJUAN..........................................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................................
2
II.1. SUKU BALI AGA..........................................................................................................................................
2
II.2. SUKU BALI MAJAPAHIT..........................................................................................................................................
2
II.3. MATA PENCAHARIAN .......................................................................................................................................... 3
II.4. KASTA BALI..........................................................................................................................................
4
II.5. SOSIAL BUDAYA..........................................................................................................................................
4
II.6. SISTEM SOSIAL..........................................................................................................................................
4
II.7. ADAT KEBUDAYAAN SUKU BALI..........................................................................................................................................
5
II.8. SISTEM KEPERCAYAAN..........................................................................................................................................
7
II.9. RUMAH ADAT BALI..........................................................................................................................................
8
II.10. NILAI FILOSOFIS RUMAH
ADAT BALI..........................................................................................................................................
14
II.11. KONTRUKSI DAN MATERIAL..........................................................................................................................................
14
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................
16
KESIMPULAN......................................................................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................................
17
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Balakang
Suku Bali terbagi ke
dalam tiga periode atau gelombang migrasi, yaitu gelombang pertama terjadi
akibat dari persebaran penduduk yang terjadi di Nusantara selama zaman prasejarah.
Gelombang kedua terjadi secara perlahan selama masa perkembangan agama Hindu di
Nusantara. Gelombang ketiga yaitu gelombang terakhir yang berasal dari Jawa,
ketika Majapahit runtuh pada abad ke-15 seiring dengan berjalannya Islamisasi
yang terjadi di pulau Jawa sehingga masyarakat Jawa memilih untuk melestarikan
kebudayaannya di Bali, sehingga golongan ini disebut sebagai suku Bali
Majapahit.
Di sini kami akan membahas tentang
suku Bali secara keseluruhan beserta rumah adat dan filosofisnya, mengambil
garis besar dan menjelaskannya. Kebudayaan suku Bali aga dan Suku Bali
Majapahit, memiliki banyak kesamaan. Walaupun pada hakikatnya berbeda.
I.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan masyarakat Suku Bali Aga dan
Suku Bali Majapahit?
2. Bagaimana sistem kepercayaan masyarakat suku Bali?
3. Apa mata pencaharian suku Bali?
4. Bagaimana Rumah Adat Bali?
5. Apa filosofis Rumah Adat Bali?
I.3. Tujuan
1. Untuk menambah pengetahuan buat pembaca dan
pemakalah.
2. Untuk mengetahui rumah adat Bali.
3. Untuk mengetahui kehidupan masyarakat Bali.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Suku
Bali Aga
Bali Aga adalah salah satu subsuku Bangsa Bali yang
menganggap mereka sebagai penduduk Bali yang asli. Bali Aga juga disebut
sebagai Bali Pegunungan dimana sejumlah sukunya terdapat di Desa Trunyan.
Masyarakat menganggap mereka yang tinggal disini sebagai orang gunung yang
bodoh karena berada di daerah pegunungan kawasan pedalaman.
- Masyarakat
Bali Aga hidup terisolasi di daerah pegunungan.
- Penduduk
memakai dialek bahasa Bali mereka sendiri. Bahasanya juga berbeda antara
satu desa dengan desa lainnya, seperti yang dipakai warga desa Trunyan
dengan Tenganan.
- Di
Desa Trunyan terdapat pohon yang menyebarkan bau harum, yang biasa dipakai
masyarakat desa setempat dalam menguburkan mayat.
- Pemakamannya
tidak dilakukan dengan cara ngaben atau pembakaran mayat. Di sini mayat di
letakkan di bawah pohon begitu saja.
- Keberadaan
Desa Trunyan dan Tenganan sebagai sebuah desa adat yang melestarikan nilai
leluhur yang telah diwariskan.
II.2. Suku Bali Majapahit
Suku ini berasal dari pendatang Jawa yang terjadi di
zaman Kerajaan Majapahit. Sebagian besar tinggal di Pulau Bali khususnya di
dataran rendah dengan mata pencaharian bercocok tanam di sawah. Masyarakat ini
beragama Hindu dan menjadi salah satu pengaruh dari sejarah suku Bali.
Mempunyai penduduk lebih banyak dibandingkan mereka yang mendiami daerah
pesisir pantai.
- Mempunyai
ikatan solidaritas sesama angggota, yaitu anggota subak (satu sumber air
yang sama) terlihat saat rapat dan upacara keagamaan.
- Bahasa
mirip dengan Jawa, hanya saja logatnya yang berbeda.
- Mata
pencahariannya adalah bercocok tanam di sawah.
- Silsilah
penduduk biasanya di catat dengan memakai lontar, dan lontarnya memakai
huruf Jawa, menunjukkan masyarakat Bali merupakan keturunan Majapahit.
II.3.Mata Pencaharian Suku Bali

Tambahkan teks
Pada umumnya masyarakat Bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, peternakan dan perikanan.
·
Bercocok Tanam
Mata pencarian pokok dari orang Bali adalah
bercocok tanam. Di Bali utara manyoritas perkebunan buah-buahan. Sedangkan di
daerah Bali selatan yang merupakan daerah dataran yang lebih luas, pada umumnya
daerah hujan yang cukup baik penduduk mengusahakan bercocok tanam di
sawah.
Dari segi teknologi, khususnya pertanian masyarakat
Bali telah mengenal sistem pengairan yang disebut subak, sebuah
sistem yang tidak hanya mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah tetapi
keseluruhan sistem dari segala aspek yang tercakup dalam lingkup pertanian.
·
Peternakan
Selain bercocok
tanam, peterakan juga merupakan usaha yang penting dalam masyrakat perdesaan
Bali. Pemeliharaan ternak sapi, kerbau, ayam, itik, babi, kambing, anjing, dan
sebagainya. Ternak kerbau digunakan untuk menarik bajak di sawah. Ternak ayam
pada awalnya banyak ditujukan untuk kesenangan lelaki, yaitu untuk keperluan
permainan sabung ayam jantan menggunakan taji besi.
·
Perikanan
Suatu mata pencarian lain adalah
perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut. Perikanan darat boleh
dikatakan umunya merupakan mata pencarian sambilan dari penanaman padi disawah,
terutama di daerah-daerah dengan cukup air, artinya airnya sepanjang masa itu
ada.
II.4. Kasta Bali
Masyarakat Bali Hindu memang terbagi ke dalam pelapisan
sosial yang dipengaruhi oleh sistem nilai yang tiga, yaitu utama, madia, dan
nista. Kasta utama atau tertinggi adalah golongan barahmana, kasta madia adalah
golongan ksatria dan kasta nista adalah golongan waisya. Selain itu masih ada
golongan yang dianggap paling rendah atau tidak berkasta yaitu golongan sudra,
sering pula mereka sebut jaba wangsa (tidak berkasta).
II.5. Sosial
Budaya
Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sehari-hari hampir
semuanya dipengaruhi oleh keyakinan mereka kepada agama Hindu Darma yang mereka
anut sejak beberapa abad yang lalu. Oleh karena itu studi tentang masyarakat
dan kebudayaan Bali tidak bisa dilepaskan dari pengaruh sistem religi Hindu.
Agama Hindu Darma atau Hindu-Jawa yang mereka anut mempercayai Tuhan Yang Maha
Esa dalam konsep tri murti, yaitu Tuhan yang mempunyai tiga wujud: Brahma
(pencipta), Wisnu (pelindung), dan Siwa (pelebur segala yang ada)
II.6. Sistem
Sosial
Dalam catur warna versi Hindu Bali, brahmana
berarti pendeta atau pemuka agama; ksatria berarti pemerintah atau prajurit yang
mengatur sistem pemerintahan; waisya berarti golongan pekerja atau petani; dan
sudra berarti abdi yang utama dan setia mengabdi pada brahmana, ksatria, dan
waisya.
Keempat warna ini secara teori dapat saling
mengisi dan saling membutuhkan antara warna satu dengan yang lainnya. Maka,
jika ada keretakan di antara profesi ini akan dapat merugikan semua pihak.
II.7. Adat Kebudayaan Suku Bali
Masyarakat Bali terdiri dari masyarakat yang
beragama Hindu tapi semua itu tidak berpengaruh terhadap masyarakat lain
yang tinggal di Bali namun tidak memeluk agama Hindu. Tetapi kebudayaan
masyarakat Bali sangat tergantung pada sistem kepercayaan mereka. Berikut
beberapa upacara yang biasa di lakukan oleh masyarakat Bali:
- Pernikahan
Untuk acara
pernikahan ada beberapa upacara adat yang harus dilewati diantaranya yaitu
sebagai berikut :
- Upacara ngekeb
Acara ini
bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja
menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta
nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik
- Mungkah Lawang (Buka Pintu)
Adat ini adalah
adat mengetuk pintu pengantin wanita sebanyak tiga kali, sebagai bentuk bahwa
pengantin pria telah datang untuk menjemput pengantin wanita dan memohon agar
segera dibukakan pintu
- Madengen dengan
Upacara ini
bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi
negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau
Balian
- Mewidhi Widana
Acara ini
merupakan acara penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan
pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara sebelumnya. Lalu
keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu
Yang Kuasa.
- Mejauman Ngabe Tipat Bantal
Setelah beberapa
hari menikah, baru upacara ini dilaksanakan. Acara ini dilakukan untuk memohon
pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita, terutama
kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi
bagian dalam keluarga besar suaminya
- Upacara Potong gigi
Upacara potong
gigi ini wajib dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang beranjak dewasa yang di
tandai datangnya menstruasi untuk wanita dan membesarnya suara untuk laki-laki.
Potong gigi bukan berarti gigi dipotong hingga habis, melainkan hanya merapikan
atau mengikir enam gigi pada rahang atas, yaitu empat gigi seri dan dua taring
kiri dan kanan yang dipercaya untuk menghilangkan enam sifat buruk yang melekat
pada diri seseorang, yaitu kama (hawa nafsu), loba (tamak), krodha (amarah),
mada (mabuk), moha (bingung), dan matsarya (iri hati atau dengki).
- Upacara Kematian
Masyarakat Bali
selalu mengadakan upacara kematian di saat ada seseorang atau kerabat yang
meninggal dunia. Upacara kematian ini dikenal dengan nama upacara ngaben.
Upacara ini yakni upacara pembakaran bagi orang yang sudah meninggal. Pada
intinya upacara ini untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah
meninggal) ke tempat asalnya. Seorang Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu,
Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke
Brahma, Wisnu, Siwa selaku Dewa yang dipercaya oleh masyarakat atau umat hindu
khususnya masyarakat hindu Bali.
II.8. Sistem Kepercayaan
·
Mayoritas
masyarakat Bali menganut kepercayaan Hindu. Suku Bali Hindu percaya adanya satu
Tuhan dengan konsep Trimurti yang terdiri atas tiga wujud, yaitu Brahmana
(menciptakan), Wisnu (yang memelihara) dan Siwa (yang merusak).
·
Sistem
kepercayaan di Suku Bali masih kental sekali dengan kepercayaan pada hal ghoib
dan dianggap penting. Hal-hal yang dianggap penting disini adalah Atman (roh
yang abadi), Karmapala (buah dari setiap perbuatan) dan Purnabawa (kelahiran
kembali jiwa).
·
Suku
Bali juga memiliki tempat ibadah yang sangat sakral. Tempat ibadah agama Hindu
adalah Pura yang memiliki sifat berbeda, antara lain Pura Besakih (umum
untuk semua golongan), Pura Desa / Kayangan Tiga (untuk kelompok sosial
setempat) dan Sanggah (khusus untuk leluhur).
Tempat ibadah agama Hindu disebut pura. Pura
memiliki sifat berbeda, sebagai berikut:
- Pura
Besakih:
sifatnya umum untuk semua golongan.
- Pura
Desa (kayangan tiga):
khusus untuk kelompok sosial setempat.
- Sanggah: khusus untuk leluhur.
Dari segi arsitektur orang-orang Bali tahu
betul bagaimana mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang tidak kalah
dengan sistem Feng Shui. Arsitektur bagi orang Bali merupakan perlambangan yang
bersifat komunikatif dan edukatif.
II.9. Rumah
Adat Bali
·
Rumah adat Bali
Rumah adat Bali harus sesuai dengan aturan Asta
Kosala Kosali ajaran terdapat pada kitab suci Weda yang mengatur soal tata
letak sebuah bangunan yang hampir mirip dengan ilmu Feng Shui dalam ajaran
Budaya China. Rumah adat Bali harus memenuhi aspek pawongan (manusia / penghuni
rumah), pelemahan (lokasi / lingkungan) dan yang terahir parahyangan.
Pada umumnya
rumah Bali di penuhi dengan pernak-pernik hiasan, ukiran serta warna yang alami
lalu patung-patung symbol ritual. Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah
manjadi banyak bangunan-bangunan kecil – kecil dalam satu area yang disatukan
oleh pagar yang mengelilinginya
1. Pamerajaan
atau Paru Keluarga
Pamerajaan
atau paru keluarga biasanya dibangun di pojok rumah adat disebelah timur laut.
Bangunan ini merupakan bangunan suci yang disakralkan karena penghuni rumah
tersebut kerap melakukan upacara sembahyang atau melakukan dia harian di
bangunan ini.
2. Bale Dangin
Bale
Dangin terletak
di bagian timur, sering pula disebut dengan Bale Gede apabila bertiang
12. Fungsi Bale Dangin ini adalah untuk melakukan upacara
adat bersama masyarakat sekitar, dan para tamu biasanya akan berkumpul didalam
Bale lalu melakukan upacara adat dengan membakar berbagai jenis sesaji. dan
bisa juga difungsikan sebagai tempat tidur.
3. Bale Delod
Bale Delod sebagai
Ruang menerima tamu atau ruang tamu. Di Bali Bale Delod difungsikan untuk
kegiatan adat, dan atau bale kematian dimana bila ada salah satu anggota
keluarga yang meninggal akan disemayamkan disana sebelum prosesi ngaben dilaksanakan.
4. Bale Meten atau Bale daja
Bale Meten terletak di
bagian Utara. Bale Meten terbagi dua bagian, bale
sebelah kiri berfungsi sebagai tempat tidur untuk orang tua atau kepala
keluarga dan tempat anak gadis yang belum menikah. Sedangkan di bale sebelah kanan
difungsikan untuk ruang suci, tempat sembahyang dan tempat menyimpan alat –
alat upacara. Bentuknya tidak terlalu besar dan juga tidak terlau kecil.
Mengingat dengan fungsinya sebagai tempat tidur.
5. Bale Dauh atau Bale Tiang Sanga
Bale Dauh ini terletak di bagian Barat. Biasa disebut Bale Tiang Sanga
(Sembilan). Bale
dauh adalah sebuah ruangan yang khusus di gunakan untuk anak lelaki, ditempati
oleh anak lelaki yang terdapat di rumah adat tersebut. Terkadang bale dauh itu
di gunakan sebagai tempat kerja atau digunakan sebagai tempat diadakannya
pertemuan-pertemuan pekerjaan. Jika keluarga
yang menempati rumah adat tersebut dan memiliki putra laki-laki biasanya di
ruangan sini lah putranya tidur.
6. Lumbung/ Bale Jineng
Lumbung
sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan hasil kebun
lainnya. Fungsinya sebagai penyimpanan hasil panen yang berupa gabah di bagian
atapnya. Dan dibawahnya dibentuk menyerupai bale untuk tempat bersantai dan
bercengkrama bersama keluarga. Orang – orang yang memiliki jineng ini biasanya
golongan petani yang memiliki hasil panen setiap tahun.
7. Paon/ Dapur
Paon itu diartikan sebagai dapur tempat
memasak, jadi rumah adat tersebut memiliki tempat untuk memasak sendiri yang di
artikan sebagai paon. Ruangan ini biasanya terletak di belakang rumah adat.
8. Aling-Aling
Disebut
juga pembatas antara angkul-angkul dengan halaman atau tempat suci. Aling-aling
juga diyakini memberikan aura positif.
Dinding pembatas itu disebut juga
penyengker yang di dalamnya terdapat ruangan untuk beraktivitas penghuninya.
Ada pula yang menggunakan patung sebagai penyengker atau pembatas tersebut.
9.
Angkul-Angkul
Yang pertama adalah Rumah Adat Bali
Angkul-Angkul. Di bagian luar, setiap rumah adat biasanya memiliki pintu utama
berupa gapura. Pembangunan sebuah angkul-angkul atau biasa kita kenal dengan
sebutan gapura, dibangun dengan atap yang artistik dan model tradisional
seperti candi disebelah kanan dan kirinya.
II.10. Nilai Filosofis Rumah Adat Bali
Rumah adat Bali, selain
berfungsi sebagai ikon budaya dan tempat tinggal, rumah adat Bali juga
mengandung nilai filosofis yang menggambarkan kearifan lokal budaya masyarakat
Bali, menggambarkan kedekatan mereka dengan sistem kepercayaannya, sehingga
mereka menganut system Tri Angga untuk membuat konsep pembangunan rumahnya.
Dalam pembangunan, rumah adat
Bali dibuat melalui serangkaian proses panjang, mulai dari proses pengukuran
tanah, ritual persembahan kurban dan memohon izin kepada leluhur untuk
mendirikan rumah, ritual peletakan batu pertama, proses pengerjaan, dab ditutup
dengan upacar syukuran saat rumah selesai dibangun. Tujuan seluruh ritual itu
adalah untuk memberikan manfaat yang baik untuk pemilik rumah.
Tata letak rumah Bali mengikuti
konsep Tri Angga, dimana daerah Utara dan Timur menjadi tempat yang disucikan,
sedangkan Selatan dan Barat menjadi tempat yang memiliki kesucian rendah. Tempat
ibadah biasanya selalu terletak di sudut Utara atau Timur, sedangkan area
pembuangan air, kamar mandi, penjemuran itu berada di sudut Barat dan Selatan
II.11. Kontruksi dan Material
Kontruksi dalam membuat rumah adat Bali juga menggunakan konsep Tri
Angga, yaitu:
Nista menggambarkan
suatu hierarki paling bawah suatu tingkatan, yang biasanya diwujudkan dengan
pondasi bangunan atau bagian bawah sebuah bangunan sebagai penyangga bangunan
di atasnya, ata tiang kolom. Materialya dapat terbuat dari batu bata atau batu
gunung. Batu bata tersebut tersusun dalam suatu bentuk yang cukup rapi sesuai
dengan dimensi ruang yang akan dibuat pada permukaan batu bata atau batu gunung
dibuat semacam penghalus sebagai elemen leveling yang rata. Atau plesteran
akhir nista juga digambarkan sebagai alam bawah atau alam setan atau nafsu.
Madya adalah bagian
tengah bangunan yang diwujudkan dalam bangunan dinding, jendela, dan pintu.
Madya menggambarkan strata manusia atau alam manusia.
Utama adalah simbol
dari bangunan bagian atas yang diwujudkan dalam bentuk atap yang diyakini juga
sebagai tempat paling suci dalam rumah sehingga juga digambarkan tempat tinggal
dewa ata leluhur mereka yang sudah meninggal. Pada bagian atap ini bahan yang
digunakan pada arsitetradionaladalah atap ijuk dan alang-alang.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Arsitektur
nusantara menurut Prijotomo:
1.
Ideologi: Suku Bali
tinggal pada satu desa dengan satu pura.
2.
Menghargai
sejarah masa lampau: Rumah Adat Bali menghargai sejarah masa
lampau, dengan mengikuti leluhur mereka.
3.
Arsitektur
nusantara sebuah pengetahuan dari disiplin Arsitektur: dapat dilihat
dari cara mereka membangun.
4.
Arsitektur
yang berkelanjutan: dari bahan material yang di gunakan, itu
bertahan lama, seperti tanah liat dan kayu. Serta menggunakan material dari
alam sekitar.
5.
Arsitektur
nusantara menerima teknologi modern: rumah adat
Bali menerima teknologi modern, dilihat dari bentuk material.
6.
Arsitektur
pernaungan:
Rumah adat Bali memakai atap dan tidak memakai dinding, yang memakai dinding
hanya ruang untuk penyimpanan dan tidur.
7.
Arsitektur
tanpa paku, tanggap gempa dan konservasi: Rumah adat
Bali tidak memakai paku. Melainkan di pasak dan memakai tanah liat.
8.
Kebaharian
nusantara:
-
9.
Tadisi
tanpa tulisan: - (karena mereka membaca dan menulis kitab
untuk mengatur kehidupan)
10. Menggunakan
ornamen dan dekorasi: memakai ornamen pada pura dan tiang pada
setiap ruangan.
11. Ruang
asymmetrical-symmetry (unity): terletak pada pemerajan.
Penggolongan masyarakat menurut Pangarsa:
1.
Masyarakat
pelestari hutan
2.
Ketekunan
masyarakat tani pedalaman: masuk pada golongan masyarakat tani
pedalaman, karena suku Bali itu bercocok tanam/bersawah.
3.
Keterbukaan
masyarakat pesisir
4.
Masyarakat
megalitik
5.
Masyarakat
Industri
Daftar Pustaka
Agusintadewi Ni Ketut. 2016. Pola Spasial Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sekardadi,
Kintamani.jurnal RUAS. 50-53.
Universitas Udayana. 2018. Jurnal Kajian Bali. Jurnal Kajian Bali. 93-100.
Wisata pulau Dewata. 2013. Rumah adat di https://infoobjek.wordpress.com/2013/05/21/rumah-adat/
Komentar
Posting Komentar